Selasa, 29 Januari 2013

Cerita Seks Dewasa MENIK DAN AYAH ANGKATNYA











Cerita Seks Dewasa MENIK DAN AYAH ANGKATNYA - Menik adalah

sepupuku. Gadis cantik yang

penampilan sehari-harinya lincah lagi




polos ini dari penampilan luarnya

seolah-olah dia seperti seorang

perawan lugu yang belum mengerti hubungan dengan lelaki, tapi siapa

mengira dibalik itu dia justru punya

skandal dengan ayah angkatnya

sendiri. Keintiman ini sudah bermula di

antara Menik dengan ayah

angkatnya sejak dari Menik berusia

14 tahun. Menik yang

pertumbuhannya mulai meningkat

remaja dan semakin cantik serta menggiurkan, sudah dijadikan alat

bantu ayah angkatnya untuk mengisi

kesepiannya setelah beberapa bulan

ditinggal mati istrinya. Menik adalah

keponakan dari almarhum istri Pak

Hendro. Awalnya, sesaat setelah menduda, Pak Hendro yang seorang

staf perusahaan perminyakan

dipindah-tugaskan ke Sumatera. Dia

berangkat dengan mengajak Menik

menemaninya di tempat tugas

barunya. Hari-hari berlalu, di tempat yang sepi kurang hiburan itulah

perhatian Pak Hendro yang kesepian

mulai tertuju kepada Menik yang saat

itu sedang bertumbuh semakin

cantik dan menggiurkan.

Pendekatannya pun mudah, karena Menik memang akrab sekali dengan

ayah angkatnya ini, sehingga

dibujuki sedikit saja dia pasti

menurut. Mulailah Menik diperlakukan sebagai

teman bercinta Pak Hendro

mengganti ketiadaan istrinya, hanya

saja dengan cara terbatas. Setiap

bertemu di rumah, Pak Hendro selalu

mengerjai Menik, mulai dari sekedar dipeluk-peluki, diciumi, atau digeluti.

Lalu meningkat lebih jauh mulai

diajak tidur bersama untuk dicumbui

dan digerayangi seputar tubuh gadis

remaja itu. Dan berikutnya lagi makin

saling terbuka, telanjang bulat mandi bersama dan mulai dinikmati tubuh

polos gadis itu lewat remasan gemas

dan kecap mulut di bagian-bagian

kewanitaannya. Sampai akhirnya

Menik mulai diajari cara-cara oral

seks, menghisapi kemaluan untuk memberi kesenangan bagi lelaki.

Pokoknya tidak ada lagi yang

disembunyikan di antara mereka.

Namun begitu, satu hal yang masih

dijaga Pak Hendro, yaitu dia masih

tidak tega untuk memasukkan kemaluannya untuk merenggut

keperawanan Menik. Sedikit mengulas keakraban mereka,

bisa dilihat dari bagaimana

pertemuan mesra mereka ketika hari

itu Pak Hendro pulang dari urusan di

Jakarta selama lima hari. Baru saja

bertemu di rumah, sudah disambut Menik yang meloncat senang,

menggelendot di leher dan kaki

membelit di pinggang ayah

angkatnya. Pak Hendro juga sama

rindunya dengan gadis manja

kesayangannya ini, tapi tidak terang- terangan di ruang tamu, melainkan

menggendong dulu membawa Menik

ke kamar tidur, baru dari situ

langsung didekap dan diciuminya

bertubi-tubi seputar wajah si gadis

untuk kemudian menutupnya dengan ciuman bibir bertemu bibir.

Sebentar saja keduanya sudah saling

meluapkan kerinduan dengan saling

melumat dalam dengan sepenuh

perasaan sebelum kemudian

terlepas, dan Menik turun dari gendongan untuk membantu

membereskan barangbarang

bawaan Pak Hendro sambil saling

menceritakan keadaan masing-

masing selama berpisah. Selepas itu, barulah acara

membersihkan badan. Setelah Menik selesai membuka

keran bak rendam, "Ayo mandi

sama-sama Yayah, Nik..?" kata Pak Hendro mengajak yang segera

dianggukkan Menik dan langsung

membuka bajunya sendiri mengikuti

Pak Hendro yang sudah lebih dulu

bertelanjang. Yayah adalah panggilan manja Menik

kepada Pak Hendro. Begitu selesai,

dia pun segera mendekati Pak

Hendro yang saat itu sudah akan

bergerak ke kamar mandi. "Ntar dulu Yah, gendong dulu

dong..!" katanya dengan manja. Menahan langkah Pak Hendro, dia

pun meloncat ke pelukan ayah

angkatnya itu. Bergelendot manja

lagi di leher dengan kedua kaki

membelit pinggang Pak Hendro

seperti tadi, dia pun langsung digendong dibawa ke kamar mandi. Berikutnya di bak kamar mandi,

keduanya mandi bersama dengan

saling membantu menyabuni dan

menyirami tubuh masing-masing.

Pada waktu itu jika melihat bentuk

tubuh Pak Hendro, kesannya memang angker dengan sosoknya

yang tegap dan gempal, termasuk

juga ukuran alat vital yang

dimilikinya yang cukup lumayan

besar. Tapi bagi Menik yang sudah

biasa begini, tentu saja kesan menakutkan tidak ada lagi. Malah dia

paling suka kalau disuruh

mempermainkan batang kemaluan

ayah angkatnya ini, karena ada rasa

geli-geli senang jika merasakan

batang yang semula lemas, besarnya hanya seukuran lebih besar sedikit

dari jempol kaki itu, akan mekar

mengembang lipat dua dalam

genggaman kulumannya, menjadi

panjang dan besar seukuran pisang

ambon. Seperti juga saat ini, sambil menyabuni tubuh Pak Hendro, dia

menyempatkan mempermainkan

batang kejantanan itu. Terasa

olehnya batang itu sudah menegang

setengah keras. Begitulah kegiatan yang sering

mereka lakukan, sampai dengan

selesai membersihkan tubuh dan

keluar dari bak mandi, terlihat lagi

milik ayah angkatnya. Hal ini

membuat Menik tertarik, karena dari tadi batang itu masih setengah

menegang saja. Keduanya masih

belum menyeka tubuh mereka

dengan handuk saat itu.




"Iddih Yah, kok dari tadi masih keras

aja sih. Padahal udah bolak-balik Nik

guyur pake aer dingin…" kata Menik

dengan nada khas remajanya yang

polos sambil mengulurkan

tangannya memegang batang itu. Pak Hendro hanya tersenyum geli,

"Iya, itu tandanya dia udah

kepengen disayang-sayangin lagi

sama Mbak Niknya." "Tapi.., kata Yayah di Jakarta mau

dipakein ke lobangnya orang

perempuan. Emang nggak sempet ya

Yah ?" tanya Menik meskipun masih

muda sekali tapi sudah diberi

pengertian tentang arti hubungan seks yang sebenarnya. "Sempet sih sempet, tapi ketemu

Mbak Niknya kan tetep aja kangen." Menik tersenyum senang

mendengarnya. Dia mengocok

sebentar batang itu sambil berkata, "Mau Ning isepin sekarang ya Yah..?"

tanyanya menawarkan permainan

yang sudah biasa dilakukan sesuai

ajaran Pak Hendro. "Sebentar, sebentar, Yayah mau

puas-puasin dulu sama Kamu." kata

Pak Hendro. Tanpa menunggu jawaban Menik, dia

sudah langsung membawa si gadis

ke dekat meja washtafel dan

mendudukkan Menik di situ. Meja itu

cukup tinggi, sehingga dengan

hanya sedikit membungkuk dan menundukkan kepalanya Pak

Hendro sudah bisa mencapai kedua

susu Menik. Langsung saja bukit

dada si gadis yang meskipun masih

remaja tapi sudah cukup menonjol

mengkal itu dilahap dan disedot serta dihisap bergantian dengan rakus. Menik yang sudah terbiasa begini

hanya meringis-ringis kegelian,

membiarkan ayah angkatnya sibuk

menghisapi susunya, sementara dia

sendiri menjulurkan tangannya

membantu meremas-remas penis Pak Hendro. Ada beberapa saat Pak Hendro

memuaskan mulutnya di bagian itu

sampai kemudian menggeser

mulutnya turun ke arah liang

keperawanan Menik. Sambil begitu

dia meminta Menik bersandar ke dinding kaca di belakangnya untuk

kemudian mengangkat kedua kaki

Menik. Telapaknya diletakkan di tepi

meja, sehingga Menik jadi

terkangkang dengan kemaluan

terkuak lebar-lebar. Sekarang bagian kemaluan perawan remaja yang

masih gundul belum ditumbuhi bulu-

bulu itu jadi sasaran kecap mulut Pak

Hendro. Bukit daging kemerah-

merahan ini disosornya sama

rakusnya, diikuti jilatan dan gigitan- gigitan kecil di kelentit yang diterima

Menik sesekali menjengkit-jengkit

dan merengek kegelian. "Aaaa ge-yyi Yaah… hiiii ssshh

Yayahh nyangan di gigitt gi-tu

Yahh…" nada manja

kekanakkanakannya pun mulai

terdengar, tanda dia juga senang

diperlakukan begini oleh ayah angkatnya. Disini pun Pak Hendro cukup lama

memuaskan kecap mulutnya

sebelum kemudian berhenti dan

mengangkat kepalanya. "Ayo Nik.., tempel-tempelin dulu di

punyakmu biar tambah cepet

kepengennya biar nanti lebih

gampang keluarin aernya…" kata

Pak Hendro meminta. Yang begini pun bagi Menik sudah

terbiasa, tanpa menunggu diminta

dua kali diturutinya permintaan ini

dengan mengambil batang

kejantanan Pak Hendro yang sudah

menegang itu dan menempelkan ujung kepala bulatnya digesek-

gesekkan di mulut lubang

kemaluannya. Reaksinya cepat

karena sebentar kemudian dilihatnya

air muka Pak Hendro menegang

diburu nafsunya, sementara bagi Menik sendiri main-main seperti ini

juga selalu menimbulkan perasaan

aneh tersendiri baginya. Rangsangan

asyik yang masih belum dikenal

artinya, bergejolak di dalam perutnya

dan membuat liang keperawanannya seolah gatal ingin memasukkan

batang ini ke dalam lubangnya. Ada

rasa menuntut di situ, apalagi jika

ujung batang kejantanan itu makin

ditekan sedikit ke dalam, semakin

penasaran rasa enak yang ingin diraihnya. Dalam keadaan begini, praktis Menik

sudah tenggelam pasrah dituntut

berahi nafsunya, maka tinggal

ditekan lebih jauh pasti akan

disambut Menik dan berarti sudah

bisa Pak Hendro menggagahi remaja polos itu. Tapi di sinilah hebatnya

disiplin pribadi Pak Hendro demi

sayangnya kepada anak angkatnya.

Walau setiap kali berisengnya sudah

sampai sedemikian kritis, tapi selalu

saja dia bisa menahan diri untuk menghindar. Sesaat sebelum

pikirannya buntu, dia pun cepat

mencabut batangnya sambil

membawa tubuh Menik turun dari

meja washtafel. Menik mengira bahwa sekaranglah

saatnya dia diminta untuk

melakukan locokan hisapnya guna

membantu Pak Hendro mencapai

tuntutan kelelakiannya. Tetapi

rupanya ada perubahan acara, Pak Hendro ingin menyelesaikannya

dengan cara lain. Dia tetap menyuruh

Menik berdiri di depannya untuk

kemudian dia sendiri sedikit

menekuk kakinya merendahkan

tubuhnya, dari situdia meletakkan batang kejantanannya terjepit di

selangkangan Menik, persis

menempel di bawah kemaluannya. "Nah, Yayah mau coba bikin gini aja,

nggak usak pake dilocok tangan."

katanya seraya mulai memainkan

pantatnya maju mundur. Caranya persis seperti sedang

bersetubuh dalam posisi berdiri,

hanya saja batang keperkasaannya

tidak dimasukkan ke lubang

senggama Menik. Sambil

menggoyang keluar masuk batangnya yang tergesek-gesek di

celah liang keperawan Menik, Pak

Hendro juga menambahi rasa

dengan mendekap Menik,

mengajaknya berciuman hangat.

Diimbangi oleh Menik dengan juga merangkul ketat leher Pak Hendro,

membalas saling melumat bergelut

lidah.




Ternyata meskipun tidak sempurna,

tapi cara begini bisa juga membuat

Pak Hendro mencapai ejakulasinya.

Sebentar kemudian dia pun tiba di

puncaknya dengan menyemburkan

cairan maninya, tanda dia sudah bisa mengakhiri permainan dengan lega.

Itulah permainan iseng sehari-hari

Pak Hendro dengan Menik yang

boleh dibilang kritis karena cuma

tinggal memasukkan batangnya ke

liang keperawanan Menik saja yang belum dilakukan Pak Hendro. Tapi

yang begini cuma sementara. Cara

hidup unik ini bagi Menik

pengaruhnya besar juga. Bagaimana

tidak, kalau mengikuti

perkembangan cara mereka, rasanya cuma tinggal tunggu waktu saja

untuk Menik mendapatkan rasa seks

yang sebenarnya. Apalagi

belakangan ini Menik pernah

menyaksikan sendiri bagaimana

adegan hangat ayah angkatnya yang bercinta dengan Mbak Tikah,

seorang gadis pemijit yang sering

dipanggil Pak Hendro untuk memijit

di rumahnya, tapi sekaligus sebagai

tempat penyaluran tuntutan

kelelakian Pak Hendro. Dari sejak awal Menik sudah curiga

bahwa ayah angkatnya punya

hubungan intim dengan Tikah, gadis

pemijit yang diperkenalkan oleh

sopir pribadi mereka. Karena dalam

acara memijit yang biasa mengambil tempat di ruang baca itu, mereka

berdua selalu mengunci pintu

berlama-lama di situ. Memang

mulanya kelihatan biasa-biasa saja,

tapi pernah sekali Menik memergoki

bahwa tubuh Tikah secara mencuri- curi sering digerayangi tangan Pak

Hendro. Ini yang membuat Menik

penasaran dan suatu waktu dia

sengaja mengatur waktu untuk

membuktikan sendiri sampai dimana

hubungan Pak Hendro dengan Tikah. Begitulah suatu kali kesempatan Pak

Hendro minta dipijit Tikah di tempat

biasa di ruang baca, Menik yang tadi

pura-pura pamitan ke rumah teman

padahal sudah menyelinap

bersembunyi di kolong ranjang ruang tidur pak Hendro menunggu

kesempatan untuk mengintip. Di

antara kedua ruang baca dan ruang

tidur Pak Hendro ada pintu

penghubung, Menik menunggu

sampai dirasa aman baru dia mengendap-endap mencapai pintu

penghubung dengan rasa tegang

karena didapatinya suasana kamar

sebelah sepi sekali. Di lubang pintu

penghubung itu sebagaimana pintu-

pintu lainnya juga dipasang sehelai gordyn tebal. Biasanya pintu ini juga

dikunci oleh Pak Hendro kalau

sedang berdua dengan Tikah, tapi

karena diketahuinya Menik tidak di

rumah maka Pak Hendro sudah

merasa aman dengan membiarkan pintu itu terbuka, sehingga Menik

punya kesempatan mengintip ke situ. Apa yang ditunggu Menik memang

tepat, bahkan kebetulan sekali

karena rupanya saat itu sudah

masuk di babak Pak Hendro akan

mengerjai Tikah. Mereka sudah

langsung mulai karena begitu Menik melihat ke dalam, dia sudah

mendapatkan bagaimana keduanya

sudah bersiap-siap untuk masuk ke

permainan seks dengan Pak Hendro.

Saat itu sedang merangsang berahi

Tikah. Di situ sambil masih tetap berada di atas permadani tebal

tempat mereka biasa memijit,

nampak Pak Hendro yang berbaring

telentang sedang menggerayangi

tubuh Tikah yang duduk di atas

perutnya. Waktu itu kedua posisi mereka agak membelakangi Menik,

sehingga tidak bisa terlihat jelas, tapi

Menik bisa melihat bahwa tangan Pak

Hendro sedang bermain meremas-

remas susu Tikah yang masih

tertutup kain. Tikah dalam acara memijit ini mengenakan sehelai

handuk yang dililit sebatas dadanya. Berdebaran tegang Menik menonton

pemandangan di depannya, nampak

Tikah mandah saja menggeliat-geliat

kegelian dengan muka genit malu-

malu kegelian mendapat gerayangan

nakal Pak Hendro di kedua susunya. Malah dia kemudian

membungkukkan tubuhnya

mengikuti pelukan Pak Hendro,

menyandarkan kepalanya manja di

dada Pak Hendro. Sebentar

keduanya saling merapat pipi bertemu pipi seperti ada yang

dibisikkan Pak Hendro di telinga

Tikah, karena tiba-tiba Tikah bangun

duduk tegak dan berikutnya masih

dengan muka genit malu-malu Tikah

membuka lepas handuk penutupnya menampilkan bebas tubuh

telanjangnya. Karena di balik kain

tadi Tikah memang tidak

mengenakan pakaian dalam.

Sekarang melihat bagaimana Tikah

sedang menyodorkan bagian kewanitaannya untuk dinikmati Pak

Hendro, hal ini membuat Menik

semakin tertarik penasaran. Memang

tubuh Tikah tidak semulus dan

secantik Menik, tapi berharap pada

adegan kelanjutannya menimbulkan rangsangan hebat pada Menik,

disamping juga rasa kepingin tahu

yang besar ingin melihat bagaimana

caranya pasangan laki perempuan

bersanggama. Sekarang terlihat gerakan Pak

Hendro bangun duduk, sementara

Tikah hanya mengangkat duduknya

berlutut merapat pada Pak Hendro. "Ahsshh…" terdengar Tikah

mengerang dan setelah itu menggigit

bibirnya malu-malu geli ketika dia

mulai mendapat rangsangan Pak

Hendro sekaligus di dua tempat, yaitu

mulut Pak Hendro melahap sebelah puncak susunya dan sebelah tangan

Pak Hendro bekerja mengusap-usap

tengah selangkangannya.




Rangsangan mulai meningkat

dengan makin sibuknya Pak Hendro

berpindah-pindah mengenyoti

kedua susunya, sementara tangan

yang di selangkangan juga

bergerak-gerak seperti sedang meremas-remas sambil pasti ikut

mengiliki kelentitnya, geli asiknya

mulai diterima Tikah terbaca dari

mimik wajahnya yang sekarang

merona merah dalam mata terpejam

serius dan bibir setengah merekah tegang. Sesekali ada gerakan Tikah

mengejang kegelian dengan menarik

pantatnya menungging, tapi tidak

menghindar membiarkan tubuh

telanjangnya dipuasi Pak Hendro.

Sebelah tangannya malah membantu menonjolkan bukit susunya tersodor

dikecapi Pak Hendro, sedang sebelah

tangan lagi bertopang di pundak Pak

Hendro. Ada beberapa saat seperti

itu, tapi di tengahnya ada gerakan

baru, yaitu sebelah tangan Pak Hendro yang bebas mulai

merangsang kejantanannya dengan

menggenggam dan meremas-remas

batangnya agar menjadi lebih kaku. Semua ini dari tempat mengintip

Menik cukup jelas dilihat, karena

jaraknya cuma sekitar 3 meter dan

posisi Tikah sekarang agak serong

menghadap ke arahnya. Rupanya

acara merangsang gairah berahi Tikah dan membangkitkan

kejantanan sendiri oleh Pak Hendro,

meskipun sebentar tapi sudah

dianggap cukup, karena Pak Hendro

baru saja berhenti dan meminta

Tikah mengambil posisi berbaring menelentang tetap di atas permadani

itu. Mereka nampaknya

mempersingkat waktu agar tidak

terlalu lama dan dicurigai para

penunggu rumah. Tikah langsung berbaring

mengangkang sesuai permintaan

Pak Hendro, matanya ditutup rapat-

rapat menunggu Pak Hendro

mengatur posisinya untuk mulai

memasukkan batang kejantanan ke liang senggamanya. Merapat dia

dengan kedudukkan tegak berlutut,

kedua paha Tikah ditumpangkan ke

atas masing-masing pahanya,

sebentar Pak Hendro masih melocoki

batang kejantanannya sendiri yang dari tadi tetap dipegangi terus,

sementara tangan sebelah jari-jarinya

membasahi lubang kewanitaan Tikah

dengan ludahnya agar membuat

lebih licin lagi. Sebentar kemudian

batang kaku Pak Hendro mulai dimasukkan ke liang kewanitaan

Tikah, Menik membaca mimik wajah

Tikah agak mengernyit dengan

kedua kelopak matanya yang

terpejam erat. Rahangnya menganga

kaku menunggu batang ditusukkan ke kemaluannya dan yang mulai

dimainkan Pak Hendro keluar masuk

pelan-pelan. Ternyata reaksi yang ingin dilihat

Menik mulai nampak. Tikah ketika

mulai bisa menyesuaikan dengan

penis yang baru diterimanya,

langsung mendapatkan rasanya.

Tegang wajahnya pun mengendor terganti dengan bersemu asyik yang

membawa pinggulnya bergerak

mengocok mengimbangi gerak

menggesek batang keluar masuk

liang senggamanya. Makin lama

makin tambah hangat rasa garukan enak itu, apalagi ditambahi Pak

Hendro dengan kedua tangannya

memilin-milin puting masing-masing

susunya, gerak geliat Tikah sudah

meningkat panas. Meliuk-liuk dia

terlihat erotis dengan dadanya kadang diangkat-angkat

membusung. Tapi yang seru adalah

goyangan bibir kemaluannya yang

berputar cepat seperti tidak sabaran

dan sesekali menanduk-nanduk ke

atas memapak tusukan batang keperkasaan Pak Hendro yang juga

mulai dipompa agak kencang. Menik sampai terasa panas dingin

dan tegang menontonnya,

terpengaruh rangsangan permainan

Tikah yang menggelora oleh

sogokan-sogokan batang

keperkasaan Pak Hendro. Gerakannya selama itu berputaran

hangat, lebih-lebih menjelang

orgasmenya. Sayang Menik tidak bisa

mengikuti mimik Tikah, karena

dengan semakin panas itu wajah

Tikah sudah hilang menyusup di dada Pak Hendro yang sudah turun

menghimpit mendekapnya erat-erat.

Hanya terakhir sempat dilihat ketika

Tikah berogasme dengan tubuhnya

yang mengejang dan mengangkat

liang kewanitaannya tinggi-tinggi seakan ingin ditekan lebih dalam lagi.

Sampai di situ apa yang ditonton

Menik, dan dia buru-buru ke luar

untuk kemudian berpura-pura

datang dari luar seolaholah tidak

mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar baca itu. Jadi boleh dibilang secara tidak

langsung, sebetulnya ayah

angkatnya yang menggiring Menik

untuk menuju kebebasan seks.

Sehingga ketika suatu ketika, Menik

menemukan teman sekolah yang cocok di hatinya dan kemudian

berlanjut dengan iseng-iseng

mempraktekkan hubungan

sanggama sampai

mengakibatkannya hamil. Ayah

angkatnya tidak bisa menyalahkan dia karena menyadari bahwa ini

salahnya sendiri yang terlalu bebas

dalam cara hidup mereka. Tapi untuk

menuntut laki-laki yang mengerjai

Menik sangat berat, karena

keduanya masih remaja sekali, jalan keluar yang dipilih adalah

menggugurkan kandungan Menik

sebelum menjadi besar serta

membatasinya bergaul bebas di

luaran lagi.




Menik nampaknya kapok dengan

akibat keisengan pertamanya itu, tapi

untuk bisa bertahan dari godaan

lelaki berikutnya ternyata ada cara

yang istimewa untuk itu. Yaitu Menik

yang sudah kenal nikmatnya hubungan seks tidak dibiarkan

menderita menahan keinginan itu,

tapi di rumah dia justru dapat

penyaluran tersendiri dari siapa lagi

kalau bukan dari ayah angkatnya

sendiri. Sejak itulah Menik mulai membuat hubungan sanggama

dengan Pak Hendro dengan maksud

agar Menik tidak mencari di luar lagi,

yang memungkinkan dia mengulang

kecelakaan yang sama. Hanya saja

tentunya dijaga agar tidak ada satu pun orang luar yang tahu rahasia

keluarga mereka. Memang, sejak lepas dari

pengalaman pahitnya itu, Menik jadi

seperti uring-uringan dan untuk

mengisi kesepiannya, Pak Hendro

mulai tertarik juga untuk

memanfaatkan Menik. Tidak heran sebab si cantik yang meningkat

semakin remaja ini kalau berpakaian

sering minim, mengundang gairah

lelaki, teristimewa bagi Pak Hendro

yang juga sedang kesepian. Tapi

sekalipun sudah akrab dengan gadis itu, Pak Hendro tidak langsung main

ajak begitu saja. Dia perlu cara halus

karena dia kuatir Menik masih trauma

dengan pengalaman pahitnya itu.

Pak Hendro mulai mengadakan

pendekatan dengan membelikan hadiah-hadiah perhiasan dan

mengobral pemberian uang untuk

meluluhkan hati Menik. Sampai di suatu siang, dia membuat

surprise dengan mendatangi kamar

Menik. "Nik, kalok Yayah kasih hadiah buat

Kamu, mau nggak..?" katanya

dengan kedua tangannya ke

belakang seperti menyembunyikan

sesuatu."Oya..? Hadiah apa Yah..?" "Mau tau..? Nih Liat dulu sebentar..!"

kata Pak Hendro sambil menarik

tangannya yang menggenggam

sebuah kotak perhiasan, membuka

tutupnya memamerkan isinya

sebentar. Namanya sifat perempuan, begitu

melihat perhiasan emas yang

berkilau-kilauan langsung bersinar

cerah wajahnya. "Buat Menik ya Yah..?" tanyanya

malu-malu. "Iya.., semua buat Kamu, abis buat

siapa lagi..?" "Waduh..! Iya Yah, Aku mau.., seneng

banget Aku Yah..!" Kontan melonjak girang Menik

karena perhiasan yang akan

diberikan kepadanya justru lebih

banyak dari yang sudah didapat

sebelumnya. Tidak salah, karena Pak

Hendro sendiri saking senangnya dapat harapan manis Menik sengaja

membelikan lebih banyak dengan

maksud untuk lebih membujuk gadis

itu. "Tapi ntar dulu, abis ini nanti temenin

Yayah tidur, sekarang ininya Yayah

masukin Yayah punya ya..?" tanya

Pak Hendro mulai minta kepastian

Menik sambil merapat dan

menjulurkan sebelah tangannya mengusap-usap selangkangan

Menik. Jelas Menik tahu maksudnya tapi dia

masih ragu-ragu. "Ngg, tapinya kalok Nik bunting lagi

gimana Yah..?" tanyanya minta

penegasan Pak Hendro. "Ooo… jelas Yayah jaga jangan sampe

begitu, nanti Yayah kasih pilnya.."

jawab Pak Hendro memberi

kepastian. Kali ini Menik mengangguk

meyakinkan ajakan Pak Hendro

karena hatinya sudah keburu terpaut

dengan kilauan emas yang bakal jadi

miliknya. Perempuan kalau hatinya

sudah merasa dekat, apalagi ditambahi dengan hadiah-hadiah

perhiasan, maka cepat saja takluk

dalam rayuan. "Kalok gitu sini, Yayah yang pakein

satu persatu dan Kamu nurut aja ya..?

Tapi sebentar.., coba kamu pake dulu

semua perhiasan yang Yayah pernah

kasih. Soalnya ini semua satu setelan,

jadi biar lengkap keliatannya." Menik mengangguk dan bergerak

mengambil perhiasan itu di

lemarinya, lalu memasangnya satu

persatu yaitu giwang, kalung, cincin

dan gelang, sementara Pak Hendro

mendekat lalu meletakkan kotak perhiasan di tempat tidur. Keempat

perhiasan itu berikut yang ada di

dalam kotak memang memiliki ciri

seragam, yaitu diberi bandul

berbentuk bola-bola berongga yang

di tengahnya diisi bola kecil lagi, jadi kalau bergerak akan menimbulkan

bunyi yang bergemerincing. Menik sendiri masih heran di mana

lagi perhiasan yang ada di kotak itu

akan dipasangi di tubuhnya, namun

begitu dia diam saja dan sesuai

permintaan Pak Hendro dia menurut

ketika sebuah perhiasan diambil untuk dipasangkan padanya. "Tau nggak Nik, Yayah beli ini karena

liat Kamu cantik, jadi kepengen

dandanin kayak putri ratu. Memang keliatan kayak main-

mainan, tapi ini emas asli lho..? Kalok

nggak cocok jangan kasih siapa-

siapa, simpen aja buat kenang-

kenangan. Ayo sini, tempat pertama

pasangnya di sini…" Menik langsung merasa geli, karena bagian pertama

yang dipasangi adalah sebuah cincin

hidung model jepit ala gadis-gadis

Arab. "Nah, sekarang untuk ini Yayah

minta tanda terima kasihnya…" Belum sempat Menik mengerti, tiba-

tiba dia sudah dipeluk lehernya dan

bibirnya didarati bibir Pak Hendro.

Agak gelagapan dia tapi cepat

disambutnya ajakan berciuman ini

dan meningkat sebentar saling melumat hangat. Ada beberapa saat

baru Pak Hendro melepas bibirnya,

Menik terlihat sempat terhanyut

sebentar dalam asyiknya bergelut

lidah bertukar ludah barusan.




Bagian kedua adalah sepasang

kalung kaki yang dipakaikan Pak

Hendro dengan meminta Menik

duduk di tempat tidur. Ini juga

menggelikan, karena merasa persis

seperti pemain kuda lumping dan upah terima kasihnya juga lucu yaitu

masing-masing betis Menik diciumi

dan dijilat-jilati setelah kalung itu

terpasang. Yang ketiga, yang paling membuat

Menik geli adalah ketika Pak Hendro

mengambil sepasang perhiasan

payudara yang pemasangannya

dijepit di puting susu. "Iddihh.., kok aneh-aneh aja si Yayah

nih..?" kontan cekikikan geli dia

sambil menekapi kedua buah

dadanya dengan tangannya. "Ya sudah, kalok masih geli ditunda

dulu. Sini Yayah ambil tanda terima

kasihnya duluan nanti pasangnya

belakangan." Begitu selesai bicara Pak Hendro

langsung memajukan kepalanya,

mulutnya mendarat mencaplok

sebelah susu Menik yang membulat

montok itu. "Sshh…" Menik mengejang tertahan

sewaktu mulut Pak Hendro

mengenyoti puncak susunya,

mengulum dan menjilati puting yang

berada di dalam mulut Pak Hendro. Kali ini geli lain. Geli yang memberi

rangsang menaikkan berahinya

untuk menuju apa yang nantinya

akan diminta Pak Hendro. Dan ini

mulai semakin terasa karena Pak

Hendro agak berkepanjangan mengisapi dan meremasi kedua bukit

dadanya bergantian, sehingga geli-

geli enak yang meresap menyulut

bara berahinya yang juga sudah

lama terpendam mulai menyala lagi.

Maklum, Pak Hendro rupanya gemas bernafsu dengan kedua susu si gadis

ramping tapi ukurannya bulat

montok menggiurkan ini. Terbukti

ketika Pak Hendro berhenti dan

menarik kepalanya, terlihat tatapan

mata Menik sudah sayu tanda sudah dipengaruhi tuntutan nafsunya. Tapi

Pak Hendro belum selesai, dia segera

memasangkan perhiasan di kedua

puting susu Menik, kali ini tidak ada

penolakan geli lagi. Selepas itu kedua buah dada segar

mulus yang sudah berhias anting-

anting itu dikecap lagi oleh mulut Pak

Hendro. Ada rangsang tersendiri

baginya dengan kedua puting yang

tercuat oleh jepitan penahan bandul, senang menjilat-jilat ujungnya

membuat Menik bergerak-gerak

kegelian, susunya berayun-ayun

menimbulkan bunyi bandul

bergemerincing. "Aahaaww… ge-yyii Paak.." Menik

merengek manja namun dia senang

dicandai mesra seperti ini. "Tambah cantik kan Menik dihiasin

gini, Yayah jadi makin gemes

ngeliatnya…" "Iya tapi lucu… Aahsssh Paak… ca-

kiitt..!" baru menjawab sudah

disambung merintih karena puting

berikut bandulnya dicaplok Pak

Hendro. Dihisap dan dijepit-jepit bandul itu

dengan bibir, menarik-narik kecil

menjadikan putingnya juga ikut

tertarik-tarik terasa perih. Tapi perih-

perih enak yang makin menambah

Menik jadi makin lebih terangsang. Sehingga ketika dari situ Pak Hendro

berlanjut dengan usahanya untuk

membuka celana pendek yang

dikenakan Menik, si gadis mandah

saja malah membantu dengan

mendoyongkan tubuhnya ke belakang, mengangkat pantatnya

membuat mudah celana berikut

celana dalamnya dilolosi lepas. Pak

Hendro meskipun dalam dirinya

sudah bergelora nafsunya ingin

segera menyetubuhi remaja cantik yang menggiurkan ini, tapi dia cukup

pengalaman untuk bisa menekan

emosinya tidak menunjukkan wajah

rakusnya. "Sekarang yang terakhir ini Yayah

pasangin kalung perutnya…"

katanya sambil membelitkan dan

mengaitkan sekali sebuah kalung

perut di pinggang Menik. Selepas itu tiba-tiba Pak Hendro

menundukkan wajahnya ke perut

Menik. Dikira akan mengecup bagian

perut itu untuk minta tanda terima

kasih, tapi rupanya lebih ke bawah

lagi. Yaitu ketika kedua tangan Pak Hendro menyusup dari bawah kedua

pahanya, membuka jepitan paha itu

sekaligus mengangkat membuatnya

mengangkang. Dia segera tahu

bahwa Pak Hendro menuju ke liang

senggamanya. Menik memang sudah terbiasa memberikan kemaluannya

dikerjai mulut Pak Hendro, cepat

ditutupnya matanya menunggu Pak

Hendro berlanjut, karena dia tahu

rasa apa yang akan didapatkannya

nanti. Saat itu, begitu mulut Pak Hendro

menempel dan langsung menyedoti

rakus bagian menganga itu, dalam

dua tiga jurus saja Menik sudah lemas

tulang-tulangnya diresapi

nikmat."Ahhnng…" mengerang dia oleh geli yang terasa menyengat

sampai ke ubun-ubun, langsung

merosot tubuhnya jadi menelentang

rata punggung ke belakang karena

serasa tangannya tidak kuat lagi

menopang. Lewat lagi beberapa jurus dia sudah meliuk-liuk tubuhnya

oleh jilatan lidah terlatih yang

mengilik kelentitnya, menusuk-

nusuk kaku membuatnya semakin

penasaran ingin segera disetubuhi. Pak Hendro berhenti untuk

membuka bajunya dan sementara itu

kedua kaki Menik yang tadi

disanggahnya diletakkan telapaknya

di tepi tempat tidur, tetap membuat

posisi Menik mengangkang lebar. "Enak kan kalok Yayah bikinin

gini..?" tanyanya menguji sambil

melepasi bajunya satu persatu. "He-ehh… tappinya jangan lama-lama

Yahh.., nggak kuat Akku…" Menik

terbata-bata menjawab jujur

kelemahannya kalau liang

kewanitaannya kena disosor mulut

lelaki.




Selesai membuat dirinya sama

bertelanjang bulat, Pak Hendro

kembali meneruskan mengerjai liang

senggama Menik dengan permainan

mulutnya, membuat si gadis betul-

betul matang terbakar oleh rangsang nafsunya. Sambil begitu Pak Hendro

sendiri dalam posisi duduk berlutut

mulai melepasi bajunya tanpa dilihat

Menik dan mulai mempersiapkan

batang kejantanannya untuk bisa

menyalurkan kerinduan nafsunya sekaligus mengisi kebutuhan yang

dituntut berahi nafsu Menik. Cukup lama Pak Hendro membakar

nafsu Menik lewat hisapan mulut di

liang senggamanya, membuat Menik

hampir hangus menunggu saat

untuk disetubuhi. Tapi sebelum

mulutnya meminta, tiba-tiba dirasakan tubuhnya ditarik diajak

bangun. Pak Hendro melingkarkan

kedua lengan Menik di lehernya,

Menik cepat mengetatkan rangkulan

mengikuti ajakan Pak Hendro yang

segera menggendong untuk memindahkannya dari posisi semula

ke tempat dimana dia akan segera

masuk ke babak sanggama, karena

dirasanya ada gerakan Pak Hendro

untuk bangkit berdiri. Memang benar, tapi sebelum sampai

ketempat yang dimaksud, Menik

seperti sudah akan mendapatkan

apa yang diingininya lebih cepat dari

perkiraannya. Tubuhnya terasa

melayang seiring dengan gerakan Pak Hendro berdiri dengan

mengangkatnya pada kedua

pahanya, tapi ketika telah tegak dan

gaya berat tubuhnya menekan lagi

ke bawah, "Hahhg…" mengejang dia

karena dirasanya kepala batang keperkasaan Pak Hendro mendesak

sampai terjepit di mulut lubang

kemaluannya. Dan makin memberat dia ke bawah

makin menyodok batang itu masuk. Tapi, "Hhoogh…" kali ini

menggerung tenggorokannya

karena yang berikutnya terasa ketat

dan perih. Tidak tahan berlanjut, dia pun

mengetatkan lagi rangkulannya

seolah-olah ingin memanjati tubuh Pak Hendro naik ke atas lagi. Celakanya Pak Hendro seperti tidak

mengerti apa yang dialami Menik,

merasa batang kejantanannya sudah

mulai terjepit masuk, dia mengira

justru Menik yang sudah mengajak

lebih dulu untuk langsung masuk di babak sanggama. Dalam posisi

seperti itu dia malah berusaha untuk

memasukkan batangnya lebih jauh

lagi. Kedua kakinya ditekuk

merendah sebentar agar Menik

terduduk menggantung di pahanya sehingga kedua perut agak

merenggang. Karena dalam posisi itu

dia bisa melepas sebelah sanggahan

tangannya untuk kemudian

membubuhi ludah di sisa batangnya

yang belum masuk, baru setelah itu dia berlanjut untuk membenamkan

batang keperkasaannya. Sekarang batang ini sudah masuk

sebagian, Pak Hendro menegakkan

tubuhnya lagi dan sambil berusaha

menekan lebih jauh dengan pintar

dia mengalihkan perhatian Menik

lewat gerakan berjalan seolah-olah mencari tempat sanggama yang lebih

enak. Memang, semakin dibenamkan

lebih dalam, terasa olehnya Menik

mencengkeram sambil merintih

kesakitan tapi Pak Hendro pura-pura

tidak mendengar. "Ssshhgh.. ssakkit Yaahh…" akhirnya

tidak tahan juga suara Menik

terdengar mengutarakan perihnya. Menik memang sudah hapal dengan

bentuk dan ukuran alat viltal ayah

angkatnya yang sering

dipermainkannya ini, tapi untuk

dimasukkan ke liang senggamanya

baru kali inilah dia merasakannya. "Iya, iya, memang agak perih kalok

dibawa jalan-jalan begini. Sebentar

lagi, Yayah mau cari tempat yang

enak buat kita." buru-buru Pak

Hendro menghibur tapi lega dia

karena dirasanya seluruh panjang batang kejantanannya sudah

terendam habis. "Mau dimana Yah..?" tanya Menik

agak heran sambil menarik

kepalanya. Sekarang bisa terlihat raut wajahnya

yang sudah pucat pasi lantaran

menahan sakit. "Kita cari tempat yang lebih enak

maennya." Dengan memondong Menik,

sementara batang kejantanannya

tetap terendam di liang

senggamanya Menik, Pak Hendro

menuju ke ruang tengah. Di situ di

depan TV terpasang sebuah permadani berukuran 2×3 meter,

kesitulah rupanya Menik dibawa.

Mengatur posisi Menik menelentang

dengan tetap menjaga kemaluan

tidak terlepas, begitu selesai Pak

Hendro mulai mengajak Menik masuk pada babak sanggama untuk

meresap nikmatnya pertemuan

kedua kemaluan ini. Sanggama ala

Pak Hendro yang unik, sebab bukan

saja pemilihan tempatnya nyentrik

tapi juga caranya terasa asing bagi Menik. Beda sekali dengan bekas

pacarnya yang dalam sanggama

mereka goyang pantat dibawa

bekerja aktif memompa penis ke luar

masuk vaginanya, tapi dengan Pak

Hendro justru tidak bergaya tradisional seperti itu. Bermain masih dalam keadaan saling

menempel berhadapan dengan

batang kemaluan tetap terendam

dalam, tanpa ada gerakan

menggesek keluar masuk, Menik

dibawa berguling-guling di seluas permadani itu seperti seorang anak

kecil sedang diajak bergelut canda

oleh ayahnya. Tetapi lebih cocok

disebut seperti sepasang penari balet

yang sedang beradegan lantai dalam

gaya erotis. Sebab sementara bergulingan, kadang Menik di atas

kadang pula di bawah, Pak Hendro

mengiringi dengan kerja mulutnya

serta tangan yang tidak terputus

melanda sekujur tubuhnya dari mulai

atas kepala hingga ke ujung kakinya.




Di situ kadang dikecup mesra, dijilati

atau digigiti gemas, juga kadang

diusap, dipijat, diremas di bagian

manapun dari tubuh Menik dapat

dicapai mulut atau tangannya. Menik

tidak ubahnya diperlakukan seperti boneka permainannya. Boneka

cantik berhias yang semakin

bergemerincing suara bandulnya

semakin membuat hatinya senang

dan asik menggelutinya.Tapi asyik

bukan hanya buat Pak Hendro, Menik yang semula masih merasa perih dan

masih pasif mulai mendapatkan rasa

asyik yang sama, malah lebih lagi.

Gaya baru yang diterimanya ini terasa

begitu mesra menghilangkan perih

yang diderita. Dan ujung batang yang tadinya terasa begitu ketat serta

menyodok begitu jauh di dalam

perutnya sekarang justru dirasakan

enak luar biasa mengorek-ngorek

tuntutan berahinya jadi cepat

terluapkan, melayang-layang dibuai kenikmatan yang datang melanda

susul menyusul. "Hsshngg addduuuh Yyahh… sshngh

dduhh.. hmm aaahhghrh..!" begitu

dalam akibatnya sampai-sampai

tidak tertahankan lagi, masih

ditengah asyiknya digeluti Pak

Hendro, Menik sudah mengerang membuka orgasmenya satu kali

sebelum berikutnya menyusul lagi

secara bersamaan dengan Pak

Hendro. Ini terasa luar biasa, sebab kalau

biasanya dia merasa seperti

dipaksakan keluarnya oleh gesekan-

gesekan cepat penis bersama pacar

lawan mainnya, yang ini lebih

melegakan menyalurkannya lewat geliat-geliat erotis tubuhnya yang

dilipat-lipat oleh Pak Hendro. "Aaahnng.. ssshh-dduuh Yahh… Ak-

kku klu-ar laggi sshh… hngmmm

shg…" disitu baru selesai yang satu

sudah menyusul lagi rangsangan

gairah untuk menikmati yang

berikutnya. Memang akhir dari permainan sama-

sama meletihkan, tapi kalau saja Pak

Hendro masih bisa bertahan lebih

lama lagi rasa-rasanya Menik akan

sambung menyambung orgasme

yang bisa dicapainya. Betul-betul suatu permainan yang unik

mengesankan, karena dengan hanya

menanam batang dalam-dalam saja

sudah membuat Menik terpuaskan

secara luar biasa. Begitulah, permainan serasa mimpi

indah yang dialami Menik dalam

hubungan pertama ini sudah

langsung membuat Menik ketagihan

kepada Pak Hendro. "Gimana, puas nggak maen gini sama

Yayah..?" tanya Pak Hendro menguji

apa yang barusan dialami Menik. "Itu sih bukan puas lagi, tapi mabok

namanya.. Gimana nggak, sekali

tancep tapi Aku sampe tiga kali

ngeluarinnya… Yayah pinter aja

ngerjain Aku…" jawab Menik

mengakui apa yang didapatnya sekaligus menyatakan pujian

kagumnya kepada kehebatan Pak

Hendro, "Tapinya lemes banget Aku Pak.." lanjutnya sambil

menyusupkan kepalanya manja-

manja sayang di dada Pak Hendro. Sejak itu Menik memang tidak pernah

sungkan-sungkan meminta kalau

sedang ingin digauli ayah angkatnya.

Seperti misalnya tengah malam itu

Pak Hendro terbangun agak kaget

karena dia merasakan seseorang naik berbaring di sebelahnya. Segera

dia mengenali bahwa Menik yang

barusan naik berbaring

memunggungi di sebelahnya. Pak

Hendro tersenyum mengerti bahwa Menik yang sudah seminggu tidak

digauli karena haid, sekarang

rupanya sudah selesai dan tentu

sudah kepingin lagi disetubuhinya.

Tanpa bertanya dia pun

mengembangkan selimutnya menutupi Menik dan berbalik

merapati memeluk si gadis dari

belakang. Betul juga, ketika sebelah tangannya

disusupi sekaligus menyingkap gaun

tidurnya untuk meremasi susunya,

terasa olehnya bahwa Menik makin

menempelkan pantatnya yang tidak

mengenakan celana dalam itu ke jendulan batang kemaluannya. Pak

Hendro makin menggoda, dia

memindahkan tangannya merabai

jendulan kemaluan Menik dari arah

belakang pantatnya. Sebentar

diusap-usapnya liang senggama yang terjepit itu, Menik pura-pura

diam saja. Begitu juga waktu Pak

Hendro mulai mencolokkan satu

jarinya ke dalam jepitan itu, masih

belum ada reaksi Menik. Tapi waktu

jari itu mulai digesek sambil mengorek-ngorek ada beberapa

lama terasa Menik mulai tidak tahan

dan mulai menggelinjang sambil

merintih. "Sssh udah Yaah ja-ngann pake ta-

ngann…, nggak en-nakk…" "Pake apa dong enaknya..?" bisik

Pak Hendro menggoda. "Macupinn kontol Yayahh ajaa…"

jawab Menik dengan logat manja

kekanak-kanakan. Pak Hendro segera berhenti dan

Menik memang tidak perlu meminta

dua kali karena jelas ayah angkatnya

sudah tahu keinginannya. Terbukti

Pak Hendro sudah memasangkan

guling di depannya yang langsung dipeluk kedua kaki Menik sehingga

posisi vaginanya lebih menungging,

ini dimaksudkan agar lebih mudah

dimasuki pada posisi itu. Dan sebentar kemudian

dirasakannya Pak Hendro yang

sudah melorotkan celananya

membebaskan kemaluannya mulai

menempelkan batangnya di depan

liang kewanitaannya Menik. Baru saja bertemu kedua kemaluan telanjang

itu, Menik sudah langsung

menjulurkan tangannya untuk

melakukan sendiri menggosok-

gosokkan kepala kejantanan Pak

Hendro di mulut lubang senggamanya. Dari caranya yang

tidak sabaran, Pak Hendro semakin

yakin bahwa Menik betulbetul

sedang kepingin sekali. Dia

membiarkan dulu menunggu sampai

batangnya mengencang baru kemudian dia mengambil alih lagi

untuk memasukkan batangnya itu.




Dibasahi dulu dengan ludahnya

seputar kepala batangnya, setelah itu

mulai disesapkan terjepit di mulut

lubang kewanitaan Menik. Begitu

terasa mulai masuk, segera

disambung dengan disogok pelan- pelan sambil menekan semakin lama

semakin dalam. Sampai di batas yang

bisa dicapai, barulah dia menunda

dan kembali merapat mendekap

Menik. Menyusupkan lagi tangannya

meremasi kedua susu sambil diiringi mengecupi leher si gadis yang

langsung berbalik menoleh dengan

mimik wajah terlihat senang. "Ahss… enak Yaahh..!" komentar

pertama Menik. "Udah kepengen sekali ya Nduk..?"

tanya Pak Hendro tersenyum manis. "He-ehh udah ampir seminggu

nggak gini sama Yayah, Nik nggak

bisa tidur Yah..!" "Seneng ya memeknya dimasukin

punya Yayah kayak gini..?" "Ceneng Yah…, enyak diogok-ogok

ontol 'ede Yayah.." jawabnya kembali

dengan logat manja kekanak-

kanakannya. "Ya udah, sekarang bobo deh sambil

Yayah ogok-ogok supaya tambah

pules bobonya…" Menik membalikkan lagi kepalanya

membelakangi Pak Hendro, seolah-

olah mengikuti anjuran ayah

angkatnya yang akan membuatnya

tidur enak dengan menyogok-

nyogokkan batang kejantanan di liang senggamanya, tapi ketika

terasa batang itu mulai dimainkan

keluar masuk pelan, dia ternyata

terbawa memainkan juga pinggulnya

mengocok pelan seirama gerakan

Pak Hendro. Irama permainan ini tidak meningkat hangat seperti

biasanya, karena masing-masing

seperti ingin bermain berlambat-

lambat dengan membatasi gerakan-

gerakan mereka, tapi nikmat yang

dirasa tidak kalah enaknya dibanding biasanya. Malah

permainan kalem ini terasa lebih

mengasyikkan dengan

mengkonsentrasikan pada gelut

kemaluan yang lebih banyak ditekan

dan diputar dalam-dalam diikuti penyaluran gemas-gemas nafsu

pada remasan-remasan yang

mencengkeram ketat. Begitu juga

seperti ingin mencegah suaranya

terlepas kendali, Menik menutupi

wajahnya dengan bantal dan menggigitnya erat-erat. Pak Hendro

memainkan terus batang

keperkasaannya membuatnya bisa

menyusul Menik tepat pada

waktunya. Karena ketika terasa

Menik mulai berorgasme, Pak Hendro pun tiba bersamaan di saat

ejakulasinya. Permainan selesai dan bersambung

acara tidur bagi Menik, tapi Pak

Hendro masih ingin merapihkan diri

dulu. Dibantu Menik sendiri yang

mengangkangkan kedua kakinya

lebar-lebar, Pak Hendro segera menyeka bersih bekas-bekas cairan

di lubang kemaluan Menik. Ini

memang satu kebiasaan si manja

yang kalau selesai sanggama dan

tertumpah oleh cairan mani dia selalu

malas untuk mencuci, sehingga harus Pak Hendro yang

membantunya. Begitu ketika dirasa

sudah bersih, barulah Pak Hendro

menyusul tidur memeluki Menik

2 komentar: